Sabtu, 26 Desember 2020

#DESEMBER PAMIT

0 komentar

 



#DESEMBER PAMIT

oleh ; Amir R & Nanda Nd

(Ketua dan Sekretaris Korps Instruktur 2019-2020)

                                                           

 

          Satu tahun yang lalu waktu amanah itu datang, kami banyak didatangi oleh rasa ketidakpercayaan yang dibarengi dengan rasa ketidaksanggupan. Seperti tertimpa beban yang tidak mungkin bisa dipikul. Dalam hati bergejolak perasaan yang tak dapat kami lukiskan. Terlihat  didepan jalan yang amat jauh nan berat. Masih buram penuh dengan kecanggungan.


          Kami mulai dari mengeja kembali apa yang belum tersusun selama satu periode silam, merangkai bait-bait yang masih berceceran, menghubungkan titik demi titik hingga menjadi sebuah peta untuk meniti jalan perkaderan.


         Hampir disetiap hari, tak bosannya kaki melangkah, mencoba menemukan ide kecil untuk kebaikan perjalanan. Tak lupa sambil merapalkan do’a agar senantiasa dikuatkan kaki dan pundak dalam setiap perjalanan. Dari sebuah ide kami mencoba menanam setangkai demi setangkai bunga dan menyirami dengan sepenuh hati. Semoga mampu tumbuh dan mekar memberi makna dan harum menawarkan sirna.


            Kadang terlintas dalam benak kami bahwa perjalanan ini sungguh terlampau berat, tak jarang kerikil dan batu tak hentinya ditemui, menawarkan secangkir letih dan sepiring ringkih hingga menawarkan kasur empuk membuat kaki ingin berhenti. Menghela nafas dan mencoba menolak kenikmatan jamuan. Bersyukur bertemu banyak teman, datang memberi dukungan serta kontribusi membuat kami semakin yakin dan kuat untuk memilih tetap berjalan meski sedang diatas kerikil dan batu. Tetap menanam bunga tanpa henti.


            Setiap perjalanan membawa kisah dan pelajaran, membuat kami semakin kuat untuk sampai ditujuan. Kami menyadari adanya banyak kekurangan dan kelemahan. Meski begitu, melakukan perbaikan tentu lebih baik dari pada terjebak pada kekurangan dan kelemahan. Karena menunggu kesempurnaan hanya membuat kita mengecilkan kelebihan. Kami mencoba belajar dari sebuah kekurangan menjadikannya kelebihan untuk mencapai keberhasilan.


        Tak terasa sudah satu tahun berjalan, tepatnya bulan desember kami menemui akhir dari perjalanan panjang.  Dari awal hingga sekarang adalah panjang dari proses kepemimpinan, mendewasakan setiap keputusan dan kebijakan menjadi diri kami yang sekarang. Tiap jabatan tangan perkenalan  akan menjadi lambaian perpisahan. Bunga yang ditanam mulai bermekaran berharap mampu dinikmati pada generasi mendatang.  Rasa syukur kami haturkan atas segela kepercayaan dan dukungan. Semoga kita bisa berjumpa dilain kesempatan. #Desember pamit

 

 

 

 

           

 

Read more...

Kamis, 10 Desember 2020

AWAL BULAN DESEMBER

1 komentar

 



AWAL BULAN DESEMBER

Oleh : Putri Widia Ningrum

(Peserta LID IMM Kota Surabaya 2020)

 

 

Malam di penghujung tahun itu aku menulis pada catatan kecilku, yang hampir habis halaman seperti akhir tahun 2020 ini.

 

Dua Dasawarsa

Jika penat, diberi selamat

Terkesan hangat dan bermartabat

Proses sedang menjawab

Menjadi-jadi dan seakan-akan

Terbentur, terbentur hingga akhirnya terbentuk

 

Cantik begitu adanya

Menjejak proses tuk bermetamorfosa

Didukung cakrawala-cakrawala

Tak lupa...

semesta juga menemani

Aiss, Jatuh cinta ternyata seindah ini

 

Jawaban berlanjut dengannya

Sang Rumah berwarna merah

Ternyata bangunan juga membangun

Sang penghuni pemakai jas merah

Ia memiliki peran

Dan mengartikan diri

 

Mencipta diri ini

Bangunan merah tertumpah

Oleh cinta, suka mahupun duka

Tapi tak pernah terlihat usang

Dia selalu gemilang

Karena terbungkus

Selimut keikhlasan

(Judul proses menjawab: terinspirasi kegiatan Lid surabaya 2020)

Noktah perjalanan instruktur pagebluk

            “Dek, ayo ikut ini” begitu ujarnya sambil menunjukkan poster LID di Instagram. Ahh kejutan apa lagi ini? Berkali-kali kubaca hasil coretan tanganku itu. Tulisan itu bukan doa kan? Aku tak memintanya untuk kembali terbentur kan? “ Dek, Achilles gak ada instruktur loh. Aku juga sudah mau demis. Siapa lagi kalau bukan kamu? “. Hey sebentar sebentar, apa apaan ini? Jangan buat aku lemah dengan alasan itu dong. Cintaku tak main-main, untuknya apa saja akan aku lakukan. Hmm baiklah, aku menyerah. Segera ku rampungkan apa saja yang dibutuhkan. Ya, memang kala itu fisikku sedang sedikit bermasalah. Tak apa, asal cintaku itu baik-baik saja. Beruntungnya aku, Allah mengirimkan banyak orang baik disekelilingku yang juga turut membantu. Mulai dari membuatkan surat, menguruskan perizinan, hingga melakukan screening yang menjadi persyaratan mutlak untuk dapat mengikuti LID.

            Waktu itu tiba, sedikit malas rasanya berkemas untuk pergi kesana. 6 hari dengan materi yang tak akan pernah berhenti untuk selalu menceramahi. Juga tumpukan tugas-tugas yang sudah mulai menghantui. Ya Allah, kalau saja bukan karnanya malas sekali aku ikut serta. Saat semua sudah siap, kembali ku matangkan niatku untuk tak mengecewakannya. Agar semua yang aku dapat nanti benar-benar bisa membuatnya jauh lebih berharga.“Bismillahirrahmanirrahim” berkahi langkah saya kali ini Ya Allah, jadikan apapun yang nantinya akan saya dapatkan bisa menjadi jawaban atas segala keresahan. Tuntun aku, cerdaskan otakku juga mudahkan segalanya yang akan terjadi.

            Sedikit demi sedikit ku pelajari tentang segala hal yang menyangkut LID. Mulai dari menghafal ayat-ayat pengkaderan yang susah sekali diterima oleh otak, mendengarkan materi tentang bagaimana cara mengkader dengan baik, hingga mengenal apa itu instruktur yang akan dihasilkan oleh LID ini. Maaf aku salah, ternyata LID tak sekejam itu. Bahkan aku bisa menikmati setiap inci hal yang sedang terjadi didalamnya. Aku menemukan keluarga baruku disini. Mengaji, memasak, mendengarkan materi, berdiskusi, hingga menikmati malam dengan tugas daily. Terlihat selipan buku catatan di sudut tas merah itu, hey kau rindu dengan coretanku ya? Segera ku ambil, lalu ku baca lagi tulisan terakhirku. Kutuliskan beberapa kalimat setelah kata terakhirnya. Mungkin ini yang aku butuhkan untuk menyelesaikan tulisanku, begitu pikirku. Lantas, beginilah tulisan sederhana ku:

 

Dalam rumah itu, ada suka sampai cita

Padahal dibenturkan, namun tak juga remuk

Ada pemikiran yang harus selalu dikembangkan

Serta rasa yakin yang berkerumun

 

Aku, pemuda dua dasawarsa

Terlahir dari metamorfosa

 Yang hebat dari rumah merah itu.

Dengan berbagai tradisi dan semangat luhur

 

Aku siap berbenah dan melangkah

Mengajak bangkit, saat tubuh sakit

Memuji hebat, padahal hampir saja sekarat

Selamat pada diri

Semangat terpatri

Yang telah menghibah pada nafas-nafas perjuangan

 

 

            Tak terasa, ini sudah hari terakhir bersama-sama. Rasa kantuk sebab 3 hari tak merasakan tidur juga sudah lupa untuk kurasakan. “Tak apa, kita tetap keluarga. Ikatan ini yang akan terus memeluk. Tetap saling membersamai untuk saling membenahi.” Terima kasih banyak KORPS Instruktur Surabaya, juga PC IMM Kota Surabaya yang sudah menemukanku dengan mereka. Mengajariku tentang segala hal yang belum pernah sempat ku fikirkan untuk ikatanku. Juga memberiku cinta untuk mengawali bulan desemberku dengan penuh makna.

            Awal bulan desember yang berharga, tercetak menjadi instruktur katanya. Membuatku tersenyum juga berfikir tentang hal apa yang akan aku berikan untuknya sebagai oleh-olehku mengikuti LID yang sangat berkesan ini? Menjadi Putri yang lebih baik, rasanya itu sudah pasti. Tapi sumpah yang sejak semalam kuucapkan dengan penuh derai air mata tak bisa semudah itu untuk diubah menjadi narasi perjuangan di ikatan. Oleh karna itu, gelar instruktur yang didapat rasanya tak pantas jika harus dibangga-banggakan. Sang instruktur identitas itu kini tersemat pada diri. Maka mari mengemban amanah dengan penuh keyakinan dan keikhlasan. Dengan tidak memaknainya sebagai beban, akan tetapi melakukannya penuh ketulusan, karna IMM sedang membutuhkan generasi-generasi yang mencintainya bukan karna sebab tapi siap menerima akibat dan tanggungjawab.

 

 

Ini untukmu, kader IMM yang kusemogakan bisa mencintainya dengan penuh keikhlasan.

 

“Ada yang berkesan. Seperti tak ingin diakhiri, tak ingin dipisahkan dan tak ingin disudahi. Awal yang tak akan menjadi akhir. Tentang segala cerita yang sudah menjadi rasa, tentang segala kisah yang sudah menjadi makna"

 

Saat menulis ini, kakak masih muda menuju seperempat abad perjalanan. 20 tahun di hadapan wajah semesta. Kakak benar-benar manusia. Dimana seperti yang lain menganggap sempurna, banyak bermimpi dan berminta semangat. Kakak pernah punya mimpi, kelak kalian lahir dan tumbuh disana. Di tempat langit yang ditulis di dalam puisi-puisi. Teruntuk kawan-kawan di rumah merah ini. Kurangi mendunia, kurangi lalu lalang, dan tetaplah hidup-menghidupi. Karena sejatinya cinta itu bertemali,

Cintai semestamu dengan mencintai dirimu sendiri. Lalu bergeraklah dan Cintailaj gerakanmu yang anggun dalam moral dan unggul dalam intelektual.

 

Terima kasih telah membaca. Sekali lagi terima kasih. Semoga tulisan ini bukan hanya menggetarkan namun juga menggerakkan.


Read more...

Selasa, 08 Desember 2020

GELAR INSTRUKTUR MUDA

0 komentar

 

GELAR INSTRUKTUR MUDA

Oleh : Putri FirdaWahyuni

(Peserta LID IMM Kota Surabaya 2020) 


“Instruktur muda” sebuah amanah baru yang harus dikukuh dan diseru. Perjalanan jauh yang harus dilaju dan ditempuh. Menjadi tauladan yang bisa dianut dan ditiru. Anggun dalam moral, unggul dalam intelektual dan bersungguh-sungguh mencapai tujuan yang dituju.

Menjadi instruktur muda, memanglah tidak mudah. Harus bisa menciptakan kader-kader terbaik, qualified, dan mempunyai formasi kepemimpinan yang segar dan energik. Religiusitas, intelektualitas, dan humanitas pun harus diimbangi. Instruktur muda sebagai fasilitator, pembimbing, pemandu, maupun penilai sangat berperan terhadap perkaderan yang merupakan underbow Muhammadiyah dalam menggapai tujuannya. Selain memiliki peran mencetak kader-kader kompeten bagi umat, bangsa, dan persyarikatan, juga harus mampu menempatkan dirinya sebagai suatu gerakan sosial, social movement. Seorang instruktur sebagai social movement  memiliki bekal berupa intelektual kapital maupun social kapital yang kemudian diharapkan untuk mampu memainkan peran fungsinya hingga menghasilkan suatu power, kekuatan untuk mampu mendobrak kondisi sosial. Instruktur muda sebagai intelektual kapital maupun social kapital harus mampu mentransformasikannya dalam suatu gerakan yang nyata untuk dapat membawa perubahan dalam kondisi sosial kemasyarakatan. Merefleksikan diri dengan menilik sejarah Muhammadiyah oleh KH. Ahmad Dahlan yang dengan kapasitas intelektual kapital-nya mampu melahirkan sebuah refleksi dalam gerakan berupa teologi Al-Ma’un yang hingga kini masih sangat relevan dan menjadi pijakan Muhammadiyah dalam aksinya.

Bertanggungjawab terhadap suatu perkaderan merupakan tugas kami. Dalam sebuah perkaderan dititikberatkan pada pembinaan ideologi, pembinaan kepemimpinan, membangun kekuatan dan kualitas pelaku gerakan, ideologi gerakan dan mengoptimalkan sistem kaderisasi yang menyeluruh dan berorientasi ke masa depan. Dengan demikian, perkaderan Muhammadiyah menjadi upaya penanaman nilai, sikap dan cara berpikir, serta peningkatan kompetensi dan integritas terutama dalam aspek ideologi, kualitas kepemimpinan, ilmu pengetahuan dan wawasan bagi segenap pimpinan, kader dan anggota. Dengan kata lain, dalam perkaderan harus terjadi penyadaran, peneguhan dan mengayaan. Sudah sepatutnya kita sebagai instruktur mampu memulai, membuka lembaran-lembaran baru dan bergerak keluar sebagai intelektual organik, untuk mampu mentransformasikan tradisi intelektualnya dalam realitas sosial dalam perkaderan. “Instruktur muda” tak hanya menjadi gelar saja, akan tetapi harus bisa memberikan kontribusi yang nyata dengan social movement dan intelektual kapital yang mampu meneruskan estafet perjuangan dakwah yang diridhai Allah Ta’ala.

Read more...

Minggu, 06 Desember 2020

MENJADI INSTRUKTUR PAGEBLUK

0 komentar

 



MENJADI INSTRUKTUR PAGEBLUK

Oleh: M. Rois Rafiqurrahman

(Peserta LID IMM kota Surabaya)

            “Disfungsi Perkaderan IMM: Revitalisasi Instruktur dan Upaya Perkaderan Pagebluk”. Pimpinan Cabang IMM Kota Surabaya dan KORPS Instruktur Surabaya telah usai mengadakan perkaderan khusus yakni LID. Latihan Instruktur Dasar (LID) diikuti oleh kader IMM dari komisariat di Surabaya. Melihat info ini saya langsung gas pol buat daftar, yah walaupun awal sedikit insayur (insecure). Dari dulu memang ingin ikut LID, sampai sampai dulu pernah mau ikut eh pas mendekati acara, ada pagebluk. Pagebluk-pagebluk (sambil geleng-geleng kepala), akhirnya semua terbayar di LID Surabaya. Pada tanggal 25 - 30 November 2020, mereka yang mendaftar dan lolos sampai tahap akhir akan dilatih menjadi instruktur Pagebluk, dan menjadi promotor perkaderan IMM Kota Surabaya dimasa pagebluk.

            Tempat pelaksanaan LID berada di PUSDAM (Pusat Dakwah Muhammadiyah) Surabaya. Selama 6 hari kami digembleng disana, berkegiatan disana, tidur disana, dan pastinya juga makan disana. iya kan, kalau tidak makan gimana laper dong hehe…!! . kami juga merasa aman selama berkegiatan di sana karena kegiatan LID yang diselenggarakan juga sudah sesuai  dengan protokol kesehatan yang dibantu oleh bidang kesehatan IMM Kota Surabaya

Hari pertama LID 25 November 2020, jam 15:00 (setelah ashar) pembukaan Latihan Instruktur Dasar resmi dibuka. Acara LID ini dubuka oleh Pak Arifan selaku sekertaris PDM di awali sambutan yang penuh dorongan untuk IMM. Saya sangat terkesima melihat sambutan Pak Arifan, beliau mengatakan “IMM harus memiliki 5 dimensi ini”. 1 Dimensi Keagamaan: Tauhid, Aqidah, dan akhlakul karimah (uswatun hasanah). 2 Dimensi Intelektualitas: Iqro, dan menulis (ide, gagasan, dan kritikan), “omongkosong kalau intelektualitas itu tanpa menulis” ujar Pak Arifan, 3 Dimensi Sosial: kepekaan sosial, tauhid sosial, dan jangan apatis. 4 Dimensi Kebangsaan: membaca dinamika bangsa dan dikawal ketat, memiliki hati penggerak, dan memiliki mental perjuangan bukan materi. 5 Dimensi ekonomi: mendirikan rumah ekonomi (servis hp atau dll). Dari tiap dimensi Pak Arifan memberikan solusi-solusi yang harus diterapkan dan dapat dilakukan di IMM kedepannya.

            Setelah pembukaan, diawali dengan orientasi LID dari Mas Udin selaku MOT LID, lalu lanjut materi Paket ideologi dari Mas Nas. “Mempelajari dan memahami ideologi itu tak akan pernah berhenti” secuil kata dari Mas Nas memberikan pesan kepada kita semua. Bahwa belajar ideologi itu tidak cukup sampai di dad tapi bisa kita dapatkan dari luar perkaderan seperti baca buku ideologi Muhammadiyah karya Pak Haedar Nasir atau mengikuti perkaderan khusus lanjutan. Setelah materi terdapat pengumuman, tiap pagi akan dibagi kelompok untuk memasak sarapan buat peserta lainnya, dan yang tidak kebagian masak di hari yang ditugaskan akan ada olahraga pagi.

            LID membuat saya belajar banyak dan mengenal IMM semakin dalam. Saya teringat kata Mas Aqi Pemateri Management Perkaderan, dia melontarkan pertanyaanya yang begitu abstrak. “kalian pilih keluarga yang bubar atau imm yang bubar” serentak semua sedikit kaget, gila!! sepontan saya ucapkan sedikit pelan. Lalu pertanyaan kedua dilontarkan “pilih mana, aku bagian dari IMM atau IMM bagian dariku”. Pertanyaan-pertanyaan ini tidak hanya permainan kata, tapi soal pengaruh di setiap jawaban yang kita pilih. Dari pertanyaan-pertanyaan yang sedikit gila itu Mas aqi dapat merubah suasana yang tegang itu menjadi riang dan peserta dapat memikirkan jawaban yang lebih dalam. Disaat Mas Aqi menjelaskan secara sederhana tujuan IMM dengan memberikan contoh seberapa tahu kalian tentang ayam kampus dan ada berapa ayam kampus di kampus mu, lagi-lagi pertanyaan gila datang Mas Aqi ndak habis habis memberikan pukulan-pukulan uppercut. Pertanyaan ini bukan  soal porno atau tidak, tapi dikalangan kampus ada yang seperti itu kadang terlewat peran IMM didalamnya. Hati ini yang katanya, merah itu aku, aku itu imm, imm jaya, saakan akan di goyang-goyang, ayo ayoo! Tangi-tangi wes awan. Saya mulai mempertanyakan ke IMM-an saya pada diri sendiri, “Serius dakwah to gak kon!!”.

            Ada tiga tingkatan perkaderan atau disebut tangga perkaderan; Pengajaran, Pendidikan, dan Perkaderan kata Mas Aqi. Jika melihat kasus tadi IMM masih berada di tangga kedua yakni pendidikan. IMM masih belum dapat memaknai betul ideologi IMM sehingga tidak merasuk ke dalam darah, daging dan tulang perjuangan IMM. Sepertinya kita perlu mundur sedikit, mundur bukan berarti menyerah, tapi untuk memperluas pandangan, dan menjadikan beban didepan itu kecil, sisane gas pol. Ada sebuah pesan dari Mas Syarif selaku pemateri monev yang ditujukan kepada kami peserta, “Jangan lupa janji kita”. Janji yang di maksud Mas Syarif adalah kata-kata yang sering kita ucap diakhir sambutan atau penutup acara. “Billahifisabililhaq fastabiqul khoirot” Demi Allah di jalan kebenaran. Maka berlomba-lomba dalam kebaikan.

            6 hari telah berlalu, kita resmi menjadi seorang instruktur muda, lahir di keadaan pagebluk. Sehingga kami, instruktur muda diberi nama instruktur pagebluk. Diharapkaan dari nama tersebut kita bisa menjadi sosok promotor perkaderan yang akan memberikan penawar dari gejala-gejala perkaderan IMM di masa pagebluk. Dengan penuh harapan instruktur pagebluk dapat melahirkan ide segar dan menelurkan trobosan baru serta open minded terhadap ide perkaderan dimasa pagebluk. Selamat & Semangat berjuang para promotor perkaderan 💪

Read more...

Sabtu, 05 Desember 2020

BUKAN SEKEDAR MEMPERJUANGKAN NAMUN JUGA MEMPERTAHANKAN

0 komentar

 



BUKAN SEKEDAR MEMPERJUANGKAN NAMUN JUGA MEMPERTAHANKAN

oleh : Aristiya Nuraini

(Peserta LID IMM Surabaya)  


Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, bukan sekedar organisasi mahasiswa ,melainkan kumpulan pendakwah muda yang berusaha untuk mengajak mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Tidak mudah menjadi bagian darinya, tidak percaya? Silahkan mencobanya.

IMMawan dan IMMawati adalah sebutan untuk mereka yang mau berjuang di ikatan, hanya mereka yang memiliki keyakinan ideologi dan hati nurani yang mampu mempertahankan eksistensi. Banyak hal yang harus dilakukan untuk mewujudkan tujuan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah , mulai dari perkaderan utama hingga perkaderan khusus dilalui demi mencapai tujuan tersebut. 

Tepat pada tanggal 25 - 30 November tahun 2020, telah terjadi perkaderan khusus di salah satu kota Pahlawan di Indonesia. Iya benar, kota Surabaya, tepatnya di gedung pusat dakwah Muhammadiyah. Perkaderan khusus itu bernama Latihan Instruktur Dasar atau yang biasa disebut LID. LID diikuti oleh 25 kader IMM yang rela meluangkan waktunya untuk berproses memahami ulang ideologi Muhammadiyah dan memahami seluk beluk perkaderan. Mereka bukanlah orang biasa, mereka adalah orang pilihan yang tergerak hatinya untuk mau merepotkan diri untuk ikatan. Jika ada pertanyaan, mungkin kalimat yang cocok untuk mereka adalah “Ngapain sih kamu disini? Mending di rumah aja”. Pertanyaan itu tidak akan mudah dijawab jika mereka tidak memiliki tujuan mulia untuk IMM dan Muhammadiyah.

Perkaderan di IMM adalah kata yang sering diucapkan namun sulit diimplementasikan, banyak PR yang harus dituntaskan di IMM mengenai perkaderan, karena tidak sedikit yang sudah berjuang namun tidak dapat mempertahankan kadernya, mungkin karena kurang tepatnya perlakukan yang diberikan kepada kader, sehingga ada kegagalan pada proses kaderisasi. Perlu pemahaman dan treatment khusus agar perkaderan efektif bisa direalisasikan. Adanya LID bukan pelengkap program kerja IMM, namun LID diharapkan juga menjadi jawaban dari problema perkaderan diatas. Sekaligus dapat menjadi ladang dakwah amar ma’ruf untuk kebaikan perkaderan.

Selama 6 hari peserta LID berproses secara maksimal, demi meraup segala ilmu dan pengetahuan untuk bekal perkaderan. Mengikuti Latihan Instruktur Dasar bukan hanya sekedar duduk diam memperhatikan namun juga memikirkan bagaimana mengimplementasikan setelah pelatihan. Filosofi perkaderan dipahami, mulai dari perkaderan Rasulullah, perkaderan di muhammadiyah  hingga berbagai cara inovatif perkaderan IMM yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Tidak sedikit kader lain menaruh harapan pada kami peserta LID, karena kami akan menjadi otak perkaderan di setiap komisariat.

Perjuangan akan sulit jika dilakukan sendiri, begitu pula dengan perkaderan dalam IMM. Dari hal tersebut, berbagai upaya dilakukan agar mampu menciptakan kolaborasi yang apik dengan kader yang sama-sama memiliki rasa juang untuk ikatan. Begitu pula peserta LID, mereka tidak hanya menambah wawasan materi namun juga meningkatkan kolaborasi dengan kader antar perguruan tinggi, canda dan gurau mereka lakukan untuk menjalin komunikasi dan ukhuwah.

Latihan instruktur dasar juga mendatangkan pemateri yang sangat luar biasa , penuh inspirasi bahkan mampu menambah motivasi untuk tetap istiqomah berjuang di Muhammadiyah. Materi yang diberikan meneguhkan hati dan menyadarkan diri bagi kami yang masih kebingungan tentang jati diri. Panitia pelaksana juga tak luput dari perhatian, bercucur keringat mempersiapkan perkederan khusus untuk kepentingan perkaderan.

Hari terakhir, tepatnya di sepertiga malam, kedua puluh lima peserta LID dibaiat, haru dan tangispun pecah dalam suasana sakral tersebut. Gelar instruktur disematkan bebarengan dengan tanggungjawab yang besar untuk kami instruktur muda. Perjalanan panjang pun dimulai, sebuah perjalanan yang membutuhkan perjuangan yang sangat berat demi wujudkan cita-cita perkaderan.

Perkaderan bukan sekedar memperjuangkan namun juga mempertahankan. Sulit sekali menemukan orang yang benar-benar mau diajak berjuang bersama di IMM, sehingga kita (instruktur) adalah orang-orang pilihan yang akan memperjuangkan sekaligus mempertahankan perkaderan.  Jika kita mulai menyerah di tengah keadaan, ingatlah kembali betapa susah dan beratnya perjuangan ketika di awal perjalanan.


Read more...

Jumat, 04 Desember 2020

MENILIK TERIAKAN “YOK ISOK! ISOK!! ISOK!!!”???

0 komentar

 


MENILIK TERIAKAN “YOK ISOK! ISOK!! ISOK!!!”???

Oleh : Muhammad Rizal (Njang)

Lidsby2020 atau latihan instruktur dasar IMM Suroboyo 2020, mengusung tema "Disfungsi Perkaderan IMM : Revitalisasi instruktur dan upaya perkaderan pageblug" ingin menumbuhkan kembali semangat kaderisasi yang sempat terhenti atau mati suri akibat pageblug atau pandemi. Semangat dan inovasi-inovasi baru dalam perkaderan di era pageblug ini sangat di butuhkan. Dimasa seperti ini sudah seharusnya kader IMM/instruktur mempunyai kreativitas dan ide ide baru agar perkaderan tetap berjalan. LIDSBY2020 ini adalah sebagai langkah awal penjaringan ide ide kreatif dari para peserta yang nantinya akan di gunakan dalam perkaderan dimasa pegeblug dan pasca pageblug. Transisi antar keduanya ini membutuhkan ide kreatif dan inovatif, pasalnya kita harus menyesuaikan dua masa yang berbeda yaitu masa pageblug dan pasca masa pageblug (new normal yang sesungguhnya). Tentunya tidak hanya membutuhkan inovasi dan ide kreatif, tapi juga membutuhkan semangat dan keistiqomahan dalam menjalaninya. Pada LIDSBY2020 kemarin ada satu hal yang unik, iconik, dan bisa di bilang kreatif, ada sebuah jargon yang tanpa di rencanakan dan juga tidak ada anjuran membuat jargon dari panitia, namun seiring mengalir jalannya acara, jargon ini muncul kepermukaan forum, jargon yang kami maksud yaitu “Yok Isok! Isok!! Isok!!!”.

Awal Munculnya “Yok Isok! Isok!! Isok!!!”

“Yok Isok! Isok!! Isok!!!” muncul bukan dari awal kegiatan, namun belum di ketahui pasti kapan dan siapa yang menyeletukkan kalimat itu.  Namun yang jelas jargon ini selalu terdengar ketika seluruh peserta mulai merasa lelah, baik lelah fisik, otak bahkan hati. Saat kondisi mulai pasif dan para peserta mulai tidak aktif di forum, mulai mengantuk, merasa keberatan dengan materi atau tugas yang diberikan oleh panitia, secara tiba-tiba dan spontan seseorang dan diikuti sebagian peserta mengucapkan dengan lantang “yok isok! isok!! isok!!!” Dengan tujuan untuk saling menyemangati antar peserta satu dan yang lainnya, dan entah energy apa yang kemudian muncul secara tiba-tiba, semua peserta lid menjadi semangat kembali.

Energi Positif dari “Yok Isok! Isok!! Isok!!!”

            Yok Isok Isok Isok, bukan hanya sekedar kata tanpa makna, namun lebih dari itu, kata-kata ini adalah bentuk ungkapan energi positif yang mampu membangkitkan semangat. “Yok isok isok isok” berasal dari Bahasa jawa yang jika diartikan ke bahasa Indonesia yaitu “ayo bisa bisa bisa” jika kita telisik lebih dalam kata kata ini mengajak kita agar kita bisa, bisa dan pasti bisa. Bisa dalam hal apa? Dalam hal apapun, terkhusus untuk melalui kegiatan LID kemarin dan lebih lanjutnya proses perkaderan ini, yang mana proses perkaderan kali ini akan lebih berat di bandingakan proses perkaderan sebelum-sebelumbnya, seperti yang telah kami tulis diatas, yaitu masa yang kita hadapi adalah masa pandemi dan masa pasca pandemic bisa dibilang juga masa peralihan. Dimana masa peralihan ini butuh penyesuaian, butuh adaptasi, dan begitu pula perkaderan sudah semestinya harus bisa menyesuaikan setiap kondisi untuk tetap menjalankan proses perkaderan agar IMM terus ada dan IMM masih terus menjadi eksponen mahasiswa dalam Muhammadiyah, sesuai dengan 6 penegasan IMM poin ke 3. Oleh karena perlu adanya semangat yang terus ada kapanpun, dimanapun dan dalam konsisi apapun, Yok Isok Isok Isok ini adalah lankah kecil kami untuk terus menumbuhkan semangat para kader IMM dan Instruktur khususnya.

 

Yok Semangat, Yok Isok! Isok!! Isok!!!

Terimakasih,

 

Read more...

Kamis, 03 Desember 2020

INSTRUKTUR AUTENTIK; REFLEKSI PERKADERAN DI ERA PAGEBLUK

0 komentar

 


INSTRUKTUR AUTENTIK; REFLEKSI PERKADERAN DI ERA PAGEBLUK
Oleh : Amin Rais
(Peserta LID IMM Kota Surabaya 2020, Ketua Umum IMM Kaizen 2020-2021)


        Ikatanku juga ikatanmu, bukankah harus diperjuangkan ? Kita sudah terikat dengan yang namanya komitmen. Instruktur memiliki tanggung jawab lebih besar dari sebelum menjadi instruktur. Tanggung jawab dengan Sang Pencipta dan tanggung jawab dengan manusia. Penulis sangat sadar bahwa ini bukan lagi tujuan pribadi, namun juga ada tujuan dari teman-teman ikatan.

Pandemi atau wabah Covid-19 menjadi sebuah momen bagi gerakan IMM untuk mampu keluar dari hantaman pandemi sekaligus mampu merefleksikan dan mengambil hikmah dari pandemi ini sehingga melahirkan rasa kesolidaritasan dan kasih sayang di tubuh IMM.

IMM sebagai gerakan intelektual Muhammadiyah tidaklah lengkap tanpa adanya perbuatan (action). Menurut Amirullah dalam Prolog buku IMM Autentik 2017, mengatakan bahwa Action adalah syarat utama dalam meraih suatu perubahan, meskipun tentunya ditopang oleh gagasan-gagasan progresif dan mencerahkan. Sebagai intelektual, IMM tidak hanya berhenti pada mendialogkan gagasan saja, melainkan mengupayakan perwujudannya.

            Dalam konteks ini, gerakan IMM juga menjadi bagian dalam mewujudkan isi Muktamar Muhammadiyah ke-47 lalu, isi dari muktamar tersebut menyatakan bahwa Muhammadiyah akan menggalakkan gerakan keilmuan melalui rekomendasinya, “gerakan membangun masyarakat dengan ilmu”. Muhammadiyah menilai budaya ilmu di Indonesia masih rendah, dan menjadi masalah yang serius bagi bangsa. Muhammadiyah juga memandang bangsa Indonesia perlu membangun keunggulan dengan mengembangkan budaya diskusi, membaca, menulis, berpikir rasional, bertindak strategis, bekerja efisien dan menggunakan teknologi untuk hal positif dan produktif. Disinilah posisi IMM akan diuji, mampukan kader-kader IMM mengambil peran membantu Muhammadiyah dan bangsa dalam membangun masyarakat dengan ilmu ?

Efektivitas Kaderisasi Ikatan

    Dalam Sistem Perkaderan Ikatan (SPI) IMM 2011, menyebutkan bahwa tujuan dari perkaderan IMM ialah untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kapasitas akademik yang memadai sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman yang berakhlakul karimah dengan proyeksi sikap individual yang mandiri, bertanggung jawab dan memiliki komitmen serta kompetisi perjuangan dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Hal tersebut menjadi tujuan ideal dari kaderisasi di setiap level, mulai dari akar rumput hingga tingkat pusat.

Dalam Sistem Perkaderan Ikatan (SPI) IMM 2011, juga dijelaskan bahwa instruktur merupakan produk perkaderan khusus yang berfungsi sebagai pengelola perkaderan utama. Namun tidak berfungsi secara luas. Menurut Ahmad Janan dalam buku Tak Sekedar Merah 2013, mengatakan bahwa jika instruktur difungsikan secara optimal yang memungkinkan mengkaji serta mengoprasikan perkaderan non formal dari mulai proses perekrutan hingga pengorbitan kader maka ikatan bisa terbebas dari sifat perkaderan yang sekarang ini cenderung hanya dogma formalistik. Persoalan ini dapat dilihat ketika mengamati posisi dan tugas instruktur.

    Dalam konteks ini, jika peran dan fungsi instruktur lebih diluaskan lagi maka tentu dapat memudahkan ikatan dalam kaderisasi. Sehingga kaderisasi yang berjalan pada umumnya tidak hanya sebagai rutinitas belaka yang hanya semata-mata. Maka perlu dirumuskan untuk membentuk dapur ikatan di setiap daerah yang berfokus pada ranah perkaderan; dapur ikatan ini terdiri dari instruktur cabang serta daerah dengan dibina oleh instruktur-instruktur nasional. Dengan ini, dapur ikatan akan mampu memberikan pemerataan peranan instruktur ke seluruh daerah di Indonesia.

Merembuk Perkaderan Pagebluk

    Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang dikenal sebagai intelektual Muhammadiyah  harus mampu menjadikan kehadiran pagebluk sebagai pengikat “Ikatan”. Maksudnya ialah kesadaran sebagai kader dan sebagai instruktur yang mengkader calon kader dan merawat perkaderan IMM harus ditanamkan dan menjadikannya sebagai jalan juang sekaligus pertanggung jawaban. Selama menjalankan peran, kader ataupun instruktur harus mengesampingkan kepentingan pribadi. Kader dan instruktur di era pagebluk harus mampu menguatkan hati, mendengar keluh kesah dan melek terhadap keadaan teman-teman ikatan.

Persoalan lainnya yang nampak di era pagebluk ialah kesadaran kaderisasi yang masih minim, perkaderan hanya terkurung dalam kerangka formalitas semata, hal ini dapat terlihat dalam agenda-agenda darul arqam, pelatihan manajemen organisasi, pelatihan dai, dan agenda formal lainnya. Persoalan ini tentu menjadi masalah yang serius bagi perkaderan IMM. Sebab, kerangka berpikir kaderisasi yang terkurung semacam itu, tidak akan mampu untuk maksimal dalam menumbuhkan loyalitas dan militansi kader. Dampaknya ialah kader hanya paham IMM sebagai organisasi yang penuh agenda ritual formalitas, terlebih agenda rutinitas sekedar hura-hura. Tentu hal ini menjadi patut untuk direfleksikan, yang semestinya dibongkar dan dibenahi.

Pengoptimalan peran instrktur di era pagebluk juga sangat diperlukan, instruktur juga harus mengambil peran pada perkaderan non formal; dari mulai proses perekrutan, kemudian proses rehabilitasi atau pengembangan dan pemetaan kader dan kemudian pendampingan pada proses pengorbitan kader sebagai kelangsungan untuk melanjutkan ke tingkat ortom yang lebih tinggi ataupun ke Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) maupun ke masyarakat, hal ini dilaksanakan guna menunjang kaderisasi ikatan dan sebagai langkah untuk menjalankan perkaderan yang tidak hanya melekat pada agenda formalitas semata.

Instruktur dalam menjalankan perannya harus selalu berdampingan dengan para kader atau pimpinan, walaupun pimpinan memiliki fungsi kebijakan yang lebih luas. Maka dalam memaksimalkan fungsi instruktur, ia bisa menjadi pendamping di tiap- tiap pimpinan atau komisariat agar tidak keluar jalur dalam menjalankan perkaderan yang menjadi ciri khas masing-masing komisariat. Dengan terjalinnya komunikasi yang efektif antara instruktur dan pimpinan dari tingkat bawah hingga atas, maka sangatlah mungkin bagi instruktur-instruktur yang telah terintegrasi ini akan menjadi sebuah dapur ikatan.

Di paragraf terakhir ini, penulis teringat sebuah syair yang berbunyi, “Sesungguhnya di tangan pemuda ada perkara urusan umat, dan pada setiap langkahnya bergantung kelangsungan hidup bangsa”. Wahai pemuda lihatlah tanganmu! Di tanganmu menggenggam urusan umat. Apa yang kau lihat, apa yang kau lakukan dan apa yang kau beri akan berpengaruh terhadap bangsa. Wahai pemuda, lihatlah kakimu! Ke mana engkau akan melangkah, di mana kau akan berpijak, akan membawa keberlangsungan kehidupan bangsa. Ingin kau jadikan seperti apa bangsa ini ? bersinar, terhormat, damai, suram, hina atau berselisih ? semua ini ada pada tangan dan langkahmu.

Billahi Fi Sabililhaq, Fastabiqul Khairat!!!




Read more...

Rabu, 02 Desember 2020

PENGHUJUNG NOVEMBER

0 komentar

  


  PENGHUJUNG NOVEMBER

Oleh : Refina Elfariana D.

(Peserta LID IMM Kota Surabaya 2020)

 

Dengan separuh keyakinan, saya menjawab notifikasi itu dengan kata “iya”, 24 Oktober saya memutuskan untuk bersedia mengikuti LID yang diselenggarakan oleh IMM kota Surabaya, padahal saya tidak tau sama sekali apa itu LID, bahkan kepanjangan dari LID pun saya tidak mengerti, yang saya tau ini adalah acara yang dibuat oleh IMM, organisasi yang sudah saya pilih dengan berbagai pertimbangan 1 tahun yang lalu. Tidak ada unsur pemaksaan, segala keputusan yang saya ambil untuk IMM adalah murni karena saya ingin belajar Islam bersama Muhammadiyah disini.

            Saya berusaha menyelesaikan semua persyaratan yang tertera, mulai dari membuat essay tentang problem yang sedang di hadapi komisariat, how about is? Baru saja kemarin saya masuk jajaran, program kerja nya saja saya tidak tau, apalagi kendala yang sedang dihadapi? Saya biarkan kertas itu kosong tanpa isi, kata “menyerah” selalu menghampiri dan ingin merebut posisi, sampai saya dihadapkan dengan sebuah jawaban dari keresahan, notif singkat yang terselipkan banyak harapan “Jangan mengecewakan waktu LID nanti!” Ya Allah, sudah sebesar itu kah mereka yakin pada saya? 1000 kata sudah seperti bukan apa-apa setelah membaca kalimat sederhana bermakna luar biasa.

            Pengumuman tahap 2 yang mengejutkan, saya dinyatakan lolos bersama 25 peserta lain nya, langkah ini terlalu berat untuk dirasa, tapi Allah mudahkan saya untuk memulainya, saya memaknai kesempatan ini sebagai hal berharga yang saya pinta dalam do’a setiap harinya, tapi lagi-lagi semangat ini tidak bisa terus bertahta, seketika keraguan itu kembali ada, sampai dimana saya mencoba untuk berfikir terbuka, mengingat janji saya untuk Muhammadiyah tercinta, dan kembali menata niat, untuk selalu lurus di jalan-Nya.

Latihan Instruktur Dasar (LID) di Surabaya pada penghujung November tercatat dalam rekam jejak setiap peserta tidak terkecuali saya, tentang sebuah proses yang baru saja dimulai, tentang sebuah komitmen yang baru saja diikat, dan tentang sebuah tanggungjawab yang harus diemban. Ternyata jalan masih sangatlah panjang, karena hari ini tidak selesai sekarang, tapi akan terus berjalan dalam perjuangan, menjadi pengawal perkaderan, tidak boleh lepas tangan dan harus siap berurusan dengan asset penting yang dimiliki IMM, yaitu menjadikan kader yang siap bergerak dalam ranah dakwah intelektual dan lillahi ta’ala.

Seperti ikrar yang kita ucapakan di sepertiga malam, menjawab segala keraguan, semua keresahan dan menyempurnakan separuh ketidakyakinan saya waktu itu. Seperti yang dibilang banyak orang, jika hidup adalah sebuah pilihan, maka dengan ucapan “Bismillahirrahmannirrahim” saya memilih IMM dengan ketulusan, kontribusi yang saya berikan mungkin tidak sebading dengan apa yang Muhammadiyah berikan, menjadi pelopor perkaderan adalah salah satu caranya, cara agar Muhammadiyah tetap dan terus hidup melahirkan generasi Islam yang menjadi dambaan umat.

Setiap individu mungkin punya cara sendiri dalam menujukkan jiwa Muhammadiyah nya, tapi yang harus kita tau, IMM selanjutnya ada di dalam pikiran dan tindakan kita, jika kita memilih pasif dan berhenti dalam perjungan ini, maka saat itulah IMM akan mati. Ribuan sekolahan, ratusan rumah sakit, dan begitu banyak lembaga dakwah lainnya yang dimiliki Muhammadiyah, tidak akan ada artinya selama kita masih tetap disini saja.

LIDSby 2020, KORPS Instruktur Surabaya, PC IMM Kota Surabaya. Terima kasih untuk 6 hari istimewanya, terima kasih untuk kerja kerasnya, dan terima kasih untuk dedikasinya, tanpa kalian kita tidak akan sampai di titik ini dan tanpa kalian jalan ini tidak lah terang. Semoga kita bisa terus berjalan bebarengan, mengabdi dan memberi kotribusi terbaik yang bisa kita lakukan, semoga Allah catat semua kebaikan, Allah ridhoi perjuangan dan Allah teguhkan hati kita untuk ikhlas melakukan.

Penghujung November yang mengesankan, pekan paling mengharukan dan hari-hari penuh pelajaran, semoga title “Instruktur” bukanlah sesuatu yang memuaskan, tapi mari maknai sebagai beban yang harus diemban dengan ketulusan, karena kita sedang dibutuhkan generasi-generasi yang akan datang, tanamkan ke ikhlasan agar kita terus bisa menggemparkan semangat ber-IMM dan mendakwahkan Islam bersama Muhammadiyah.

                                                                                                                                                                                                                                                           

 

Read more...