Oleh : Refina Elfariana D.
(Peserta LID IMM Kota
Surabaya 2020)
Dengan separuh keyakinan, saya menjawab notifikasi itu dengan kata
“iya”, 24 Oktober saya memutuskan untuk bersedia mengikuti LID yang
diselenggarakan oleh IMM kota Surabaya, padahal saya tidak tau sama sekali apa
itu LID, bahkan kepanjangan dari LID pun saya tidak mengerti, yang saya tau ini
adalah acara yang dibuat oleh IMM, organisasi yang sudah saya pilih dengan
berbagai pertimbangan 1 tahun yang lalu. Tidak ada unsur pemaksaan, segala
keputusan yang saya ambil untuk IMM adalah murni karena saya ingin belajar
Islam bersama Muhammadiyah disini.
Saya berusaha menyelesaikan semua persyaratan yang tertera, mulai dari membuat essay
tentang problem yang sedang di hadapi komisariat, how about is?
Baru saja kemarin saya masuk jajaran, program kerja nya saja saya tidak tau,
apalagi kendala yang sedang dihadapi? Saya biarkan kertas itu kosong tanpa isi,
kata “menyerah” selalu menghampiri dan ingin merebut posisi, sampai saya dihadapkan
dengan sebuah jawaban dari keresahan, notif singkat yang terselipkan banyak
harapan “Jangan mengecewakan waktu LID nanti!” Ya Allah, sudah sebesar
itu kah mereka yakin pada saya? 1000 kata sudah seperti bukan apa-apa setelah
membaca kalimat sederhana bermakna luar biasa.
Pengumuman tahap 2
yang mengejutkan, saya dinyatakan lolos bersama 25 peserta lain nya, langkah
ini terlalu berat untuk dirasa, tapi Allah mudahkan saya untuk memulainya, saya
memaknai kesempatan ini sebagai hal berharga yang saya pinta dalam do’a setiap
harinya, tapi lagi-lagi semangat ini tidak bisa terus bertahta, seketika
keraguan itu kembali ada, sampai dimana saya mencoba untuk berfikir terbuka,
mengingat janji saya untuk Muhammadiyah tercinta, dan kembali menata niat, untuk
selalu lurus di jalan-Nya.
Latihan Instruktur Dasar (LID) di Surabaya pada penghujung November
tercatat dalam rekam jejak setiap peserta tidak terkecuali saya, tentang sebuah
proses yang baru saja dimulai, tentang sebuah komitmen yang baru saja diikat,
dan tentang sebuah tanggungjawab yang harus diemban. Ternyata jalan masih
sangatlah panjang, karena hari ini tidak selesai sekarang, tapi akan terus
berjalan dalam perjuangan, menjadi pengawal perkaderan, tidak boleh lepas tangan
dan harus siap berurusan dengan asset penting yang dimiliki IMM, yaitu menjadikan
kader yang siap bergerak dalam ranah dakwah intelektual dan lillahi ta’ala.
Seperti ikrar yang kita ucapakan di sepertiga malam, menjawab
segala keraguan, semua keresahan dan menyempurnakan separuh ketidakyakinan saya
waktu itu. Seperti yang dibilang banyak orang, jika hidup adalah sebuah
pilihan, maka dengan ucapan “Bismillahirrahmannirrahim” saya memilih IMM
dengan ketulusan, kontribusi yang saya berikan mungkin tidak sebading dengan
apa yang Muhammadiyah berikan, menjadi pelopor perkaderan adalah salah satu
caranya, cara agar Muhammadiyah tetap dan terus hidup melahirkan generasi Islam
yang menjadi dambaan umat.
Setiap individu mungkin punya cara sendiri dalam menujukkan jiwa
Muhammadiyah nya, tapi yang harus kita tau, IMM selanjutnya ada di dalam
pikiran dan tindakan kita, jika kita memilih pasif dan berhenti dalam perjungan
ini, maka saat itulah IMM akan mati. Ribuan sekolahan, ratusan rumah sakit, dan
begitu banyak lembaga dakwah lainnya yang dimiliki Muhammadiyah, tidak akan ada
artinya selama kita masih tetap disini saja.
LIDSby 2020, KORPS Instruktur Surabaya, PC IMM Kota Surabaya.
Terima kasih untuk 6 hari istimewanya, terima kasih untuk kerja kerasnya, dan
terima kasih untuk dedikasinya, tanpa kalian kita tidak akan sampai di titik
ini dan tanpa kalian jalan ini tidak lah terang. Semoga kita bisa terus
berjalan bebarengan, mengabdi dan memberi kotribusi terbaik yang bisa kita
lakukan, semoga Allah catat semua kebaikan, Allah ridhoi perjuangan dan Allah
teguhkan hati kita untuk ikhlas melakukan.
Penghujung November yang mengesankan, pekan paling mengharukan dan
hari-hari penuh pelajaran, semoga title “Instruktur” bukanlah sesuatu
yang memuaskan, tapi mari maknai sebagai beban yang harus diemban dengan
ketulusan, karena kita sedang dibutuhkan generasi-generasi yang akan datang,
tanamkan ke ikhlasan agar kita terus bisa menggemparkan semangat ber-IMM dan
mendakwahkan Islam bersama Muhammadiyah.
0 komentar:
Posting Komentar