Ikatanku
juga ikatanmu, bukankah harus diperjuangkan ? Kita sudah terikat dengan yang
namanya komitmen. Instruktur memiliki tanggung jawab lebih besar dari sebelum
menjadi instruktur. Tanggung jawab dengan Sang Pencipta dan tanggung jawab
dengan manusia. Penulis sangat sadar bahwa ini bukan lagi tujuan pribadi, namun
juga ada tujuan dari teman-teman ikatan.
Pandemi atau
wabah Covid-19 menjadi sebuah momen bagi gerakan IMM untuk mampu keluar dari
hantaman pandemi sekaligus mampu merefleksikan dan mengambil hikmah dari
pandemi ini sehingga melahirkan rasa kesolidaritasan dan kasih sayang di tubuh
IMM.
IMM sebagai gerakan intelektual Muhammadiyah tidaklah lengkap tanpa
adanya perbuatan (action). Menurut
Amirullah dalam Prolog buku IMM Autentik 2017, mengatakan bahwa Action adalah syarat utama dalam meraih
suatu perubahan, meskipun tentunya ditopang oleh gagasan-gagasan progresif dan mencerahkan.
Sebagai intelektual, IMM tidak hanya berhenti pada mendialogkan gagasan saja,
melainkan mengupayakan perwujudannya.
Dalam konteks ini,
gerakan IMM juga menjadi bagian dalam mewujudkan isi Muktamar Muhammadiyah
ke-47 lalu, isi dari muktamar tersebut menyatakan bahwa Muhammadiyah akan
menggalakkan gerakan keilmuan melalui rekomendasinya, “gerakan membangun
masyarakat dengan ilmu”. Muhammadiyah menilai budaya ilmu di Indonesia masih
rendah, dan menjadi masalah yang serius bagi bangsa. Muhammadiyah juga
memandang bangsa Indonesia perlu membangun keunggulan dengan mengembangkan
budaya diskusi, membaca, menulis, berpikir rasional, bertindak strategis,
bekerja efisien dan menggunakan teknologi untuk hal positif dan produktif.
Disinilah posisi IMM akan diuji, mampukan kader-kader IMM mengambil peran
membantu Muhammadiyah dan bangsa dalam membangun masyarakat dengan ilmu ?
Efektivitas Kaderisasi
Ikatan
Dalam Sistem
Perkaderan Ikatan (SPI) IMM 2011, menyebutkan bahwa tujuan dari perkaderan IMM
ialah untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kapasitas akademik
yang memadai sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman yang berakhlakul
karimah dengan proyeksi sikap individual yang mandiri, bertanggung jawab dan
memiliki komitmen serta kompetisi perjuangan dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Hal tersebut menjadi tujuan ideal dari
kaderisasi di setiap level, mulai dari akar rumput hingga tingkat pusat.
Dalam Sistem
Perkaderan Ikatan (SPI) IMM 2011, juga dijelaskan bahwa instruktur merupakan
produk perkaderan khusus yang berfungsi sebagai pengelola perkaderan utama. Namun
tidak berfungsi secara luas. Menurut Ahmad Janan dalam buku Tak Sekedar Merah 2013,
mengatakan bahwa jika instruktur difungsikan secara optimal yang memungkinkan
mengkaji serta mengoprasikan perkaderan non formal dari mulai proses perekrutan
hingga pengorbitan kader maka ikatan bisa terbebas dari sifat perkaderan yang
sekarang ini cenderung hanya dogma formalistik. Persoalan ini dapat dilihat
ketika mengamati posisi dan tugas instruktur.
Dalam konteks ini, jika peran dan fungsi instruktur lebih diluaskan
lagi maka tentu dapat memudahkan ikatan dalam kaderisasi. Sehingga kaderisasi
yang berjalan pada umumnya tidak hanya sebagai rutinitas belaka yang hanya
semata-mata. Maka perlu dirumuskan untuk membentuk dapur ikatan di setiap
daerah yang berfokus pada ranah perkaderan; dapur ikatan ini terdiri dari
instruktur cabang serta daerah dengan dibina oleh instruktur-instruktur
nasional. Dengan ini, dapur ikatan akan mampu memberikan pemerataan peranan
instruktur ke seluruh daerah di Indonesia.
Merembuk Perkaderan Pagebluk
Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang dikenal sebagai intelektual Muhammadiyah harus mampu menjadikan kehadiran pagebluk
sebagai pengikat “Ikatan”. Maksudnya ialah kesadaran sebagai kader dan sebagai
instruktur yang mengkader calon kader dan merawat perkaderan IMM harus
ditanamkan dan menjadikannya sebagai jalan juang sekaligus pertanggung jawaban.
Selama menjalankan peran, kader ataupun instruktur harus mengesampingkan
kepentingan pribadi. Kader dan instruktur di era pagebluk harus mampu
menguatkan hati, mendengar keluh kesah dan melek terhadap keadaan teman-teman
ikatan.
Persoalan
lainnya yang nampak di era pagebluk ialah kesadaran kaderisasi yang masih
minim, perkaderan hanya terkurung dalam kerangka formalitas semata, hal ini
dapat terlihat dalam agenda-agenda darul arqam, pelatihan manajemen organisasi,
pelatihan dai, dan agenda formal lainnya. Persoalan ini tentu menjadi masalah
yang serius bagi perkaderan IMM. Sebab, kerangka berpikir kaderisasi yang
terkurung semacam itu, tidak akan mampu untuk maksimal dalam menumbuhkan
loyalitas dan militansi kader. Dampaknya ialah kader hanya paham IMM sebagai
organisasi yang penuh agenda ritual formalitas, terlebih agenda rutinitas
sekedar hura-hura. Tentu hal ini menjadi patut untuk direfleksikan, yang
semestinya dibongkar dan dibenahi.
Pengoptimalan
peran instrktur di era pagebluk juga sangat diperlukan, instruktur juga harus
mengambil peran pada perkaderan non formal; dari mulai proses perekrutan,
kemudian proses rehabilitasi atau pengembangan dan pemetaan kader dan kemudian
pendampingan pada proses pengorbitan kader sebagai kelangsungan untuk
melanjutkan ke tingkat ortom yang lebih tinggi ataupun ke Amal Usaha
Muhammadiyah (AUM) maupun ke masyarakat, hal ini dilaksanakan guna menunjang
kaderisasi ikatan dan sebagai langkah untuk menjalankan perkaderan yang tidak
hanya melekat pada agenda formalitas semata.
Instruktur
dalam menjalankan perannya harus selalu berdampingan dengan para kader atau
pimpinan, walaupun pimpinan memiliki fungsi kebijakan yang lebih luas. Maka dalam
memaksimalkan fungsi instruktur, ia bisa menjadi pendamping di tiap- tiap
pimpinan atau komisariat agar tidak keluar jalur dalam menjalankan perkaderan
yang menjadi ciri khas masing-masing komisariat. Dengan terjalinnya komunikasi
yang efektif antara instruktur dan pimpinan dari tingkat bawah hingga atas,
maka sangatlah mungkin bagi instruktur-instruktur yang telah terintegrasi ini
akan menjadi sebuah dapur ikatan.
Di paragraf
terakhir ini, penulis teringat sebuah syair yang berbunyi, “Sesungguhnya di tangan pemuda ada perkara urusan umat, dan pada setiap
langkahnya bergantung kelangsungan hidup bangsa”. Wahai pemuda lihatlah
tanganmu! Di tanganmu menggenggam urusan umat. Apa yang kau lihat, apa yang kau
lakukan dan apa yang kau beri akan berpengaruh terhadap bangsa. Wahai pemuda,
lihatlah kakimu! Ke mana engkau akan melangkah, di mana kau akan berpijak, akan
membawa keberlangsungan kehidupan bangsa. Ingin kau jadikan seperti apa bangsa
ini ? bersinar, terhormat, damai, suram, hina atau berselisih ? semua ini ada
pada tangan dan langkahmu.
Billahi Fi Sabililhaq, Fastabiqul Khairat!!!
0 komentar:
Posting Komentar