Kamis, 03 Desember 2020

INSTRUKTUR AUTENTIK; REFLEKSI PERKADERAN DI ERA PAGEBLUK

0 komentar

 


INSTRUKTUR AUTENTIK; REFLEKSI PERKADERAN DI ERA PAGEBLUK
Oleh : Amin Rais
(Peserta LID IMM Kota Surabaya 2020, Ketua Umum IMM Kaizen 2020-2021)


        Ikatanku juga ikatanmu, bukankah harus diperjuangkan ? Kita sudah terikat dengan yang namanya komitmen. Instruktur memiliki tanggung jawab lebih besar dari sebelum menjadi instruktur. Tanggung jawab dengan Sang Pencipta dan tanggung jawab dengan manusia. Penulis sangat sadar bahwa ini bukan lagi tujuan pribadi, namun juga ada tujuan dari teman-teman ikatan.

Pandemi atau wabah Covid-19 menjadi sebuah momen bagi gerakan IMM untuk mampu keluar dari hantaman pandemi sekaligus mampu merefleksikan dan mengambil hikmah dari pandemi ini sehingga melahirkan rasa kesolidaritasan dan kasih sayang di tubuh IMM.

IMM sebagai gerakan intelektual Muhammadiyah tidaklah lengkap tanpa adanya perbuatan (action). Menurut Amirullah dalam Prolog buku IMM Autentik 2017, mengatakan bahwa Action adalah syarat utama dalam meraih suatu perubahan, meskipun tentunya ditopang oleh gagasan-gagasan progresif dan mencerahkan. Sebagai intelektual, IMM tidak hanya berhenti pada mendialogkan gagasan saja, melainkan mengupayakan perwujudannya.

            Dalam konteks ini, gerakan IMM juga menjadi bagian dalam mewujudkan isi Muktamar Muhammadiyah ke-47 lalu, isi dari muktamar tersebut menyatakan bahwa Muhammadiyah akan menggalakkan gerakan keilmuan melalui rekomendasinya, “gerakan membangun masyarakat dengan ilmu”. Muhammadiyah menilai budaya ilmu di Indonesia masih rendah, dan menjadi masalah yang serius bagi bangsa. Muhammadiyah juga memandang bangsa Indonesia perlu membangun keunggulan dengan mengembangkan budaya diskusi, membaca, menulis, berpikir rasional, bertindak strategis, bekerja efisien dan menggunakan teknologi untuk hal positif dan produktif. Disinilah posisi IMM akan diuji, mampukan kader-kader IMM mengambil peran membantu Muhammadiyah dan bangsa dalam membangun masyarakat dengan ilmu ?

Efektivitas Kaderisasi Ikatan

    Dalam Sistem Perkaderan Ikatan (SPI) IMM 2011, menyebutkan bahwa tujuan dari perkaderan IMM ialah untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kapasitas akademik yang memadai sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman yang berakhlakul karimah dengan proyeksi sikap individual yang mandiri, bertanggung jawab dan memiliki komitmen serta kompetisi perjuangan dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Hal tersebut menjadi tujuan ideal dari kaderisasi di setiap level, mulai dari akar rumput hingga tingkat pusat.

Dalam Sistem Perkaderan Ikatan (SPI) IMM 2011, juga dijelaskan bahwa instruktur merupakan produk perkaderan khusus yang berfungsi sebagai pengelola perkaderan utama. Namun tidak berfungsi secara luas. Menurut Ahmad Janan dalam buku Tak Sekedar Merah 2013, mengatakan bahwa jika instruktur difungsikan secara optimal yang memungkinkan mengkaji serta mengoprasikan perkaderan non formal dari mulai proses perekrutan hingga pengorbitan kader maka ikatan bisa terbebas dari sifat perkaderan yang sekarang ini cenderung hanya dogma formalistik. Persoalan ini dapat dilihat ketika mengamati posisi dan tugas instruktur.

    Dalam konteks ini, jika peran dan fungsi instruktur lebih diluaskan lagi maka tentu dapat memudahkan ikatan dalam kaderisasi. Sehingga kaderisasi yang berjalan pada umumnya tidak hanya sebagai rutinitas belaka yang hanya semata-mata. Maka perlu dirumuskan untuk membentuk dapur ikatan di setiap daerah yang berfokus pada ranah perkaderan; dapur ikatan ini terdiri dari instruktur cabang serta daerah dengan dibina oleh instruktur-instruktur nasional. Dengan ini, dapur ikatan akan mampu memberikan pemerataan peranan instruktur ke seluruh daerah di Indonesia.

Merembuk Perkaderan Pagebluk

    Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang dikenal sebagai intelektual Muhammadiyah  harus mampu menjadikan kehadiran pagebluk sebagai pengikat “Ikatan”. Maksudnya ialah kesadaran sebagai kader dan sebagai instruktur yang mengkader calon kader dan merawat perkaderan IMM harus ditanamkan dan menjadikannya sebagai jalan juang sekaligus pertanggung jawaban. Selama menjalankan peran, kader ataupun instruktur harus mengesampingkan kepentingan pribadi. Kader dan instruktur di era pagebluk harus mampu menguatkan hati, mendengar keluh kesah dan melek terhadap keadaan teman-teman ikatan.

Persoalan lainnya yang nampak di era pagebluk ialah kesadaran kaderisasi yang masih minim, perkaderan hanya terkurung dalam kerangka formalitas semata, hal ini dapat terlihat dalam agenda-agenda darul arqam, pelatihan manajemen organisasi, pelatihan dai, dan agenda formal lainnya. Persoalan ini tentu menjadi masalah yang serius bagi perkaderan IMM. Sebab, kerangka berpikir kaderisasi yang terkurung semacam itu, tidak akan mampu untuk maksimal dalam menumbuhkan loyalitas dan militansi kader. Dampaknya ialah kader hanya paham IMM sebagai organisasi yang penuh agenda ritual formalitas, terlebih agenda rutinitas sekedar hura-hura. Tentu hal ini menjadi patut untuk direfleksikan, yang semestinya dibongkar dan dibenahi.

Pengoptimalan peran instrktur di era pagebluk juga sangat diperlukan, instruktur juga harus mengambil peran pada perkaderan non formal; dari mulai proses perekrutan, kemudian proses rehabilitasi atau pengembangan dan pemetaan kader dan kemudian pendampingan pada proses pengorbitan kader sebagai kelangsungan untuk melanjutkan ke tingkat ortom yang lebih tinggi ataupun ke Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) maupun ke masyarakat, hal ini dilaksanakan guna menunjang kaderisasi ikatan dan sebagai langkah untuk menjalankan perkaderan yang tidak hanya melekat pada agenda formalitas semata.

Instruktur dalam menjalankan perannya harus selalu berdampingan dengan para kader atau pimpinan, walaupun pimpinan memiliki fungsi kebijakan yang lebih luas. Maka dalam memaksimalkan fungsi instruktur, ia bisa menjadi pendamping di tiap- tiap pimpinan atau komisariat agar tidak keluar jalur dalam menjalankan perkaderan yang menjadi ciri khas masing-masing komisariat. Dengan terjalinnya komunikasi yang efektif antara instruktur dan pimpinan dari tingkat bawah hingga atas, maka sangatlah mungkin bagi instruktur-instruktur yang telah terintegrasi ini akan menjadi sebuah dapur ikatan.

Di paragraf terakhir ini, penulis teringat sebuah syair yang berbunyi, “Sesungguhnya di tangan pemuda ada perkara urusan umat, dan pada setiap langkahnya bergantung kelangsungan hidup bangsa”. Wahai pemuda lihatlah tanganmu! Di tanganmu menggenggam urusan umat. Apa yang kau lihat, apa yang kau lakukan dan apa yang kau beri akan berpengaruh terhadap bangsa. Wahai pemuda, lihatlah kakimu! Ke mana engkau akan melangkah, di mana kau akan berpijak, akan membawa keberlangsungan kehidupan bangsa. Ingin kau jadikan seperti apa bangsa ini ? bersinar, terhormat, damai, suram, hina atau berselisih ? semua ini ada pada tangan dan langkahmu.

Billahi Fi Sabililhaq, Fastabiqul Khairat!!!




0 komentar:

Posting Komentar