MENGINSTRUKTURI DIRI SENDIRI, UMAT KEMUDIAN
Oleh : Lilis Badriyah
(Peserta LID LAMONGAN 2020)
Latihan instruktur dasar idealnya memang dilaksanakan oleh kader ikatan mahasiswa muhammadiyah setelah kader menjalankan darul arqam dasar ditingkat komisariat dan sudah melaksanakan berbagai rangkaian follow up sebagai bentuk tanggung jawab kader dalam melakukan pelatihan, begitu pula latihan instruktur dasar di IMM adalah perkaderan formal yang dilakukan dalam rangka melanjutkan estafet perkaderan untuk membentuk instruktur dasar yang berkompeten dalam menjalankan perkaderan seperti melaksanakan darul arqam dasar setingkat komisariat atau cabang dan perkaderan selanjutnya.
LID yang diselenggarakan oleh pimpinan cabang ikatan mahasiswa muhammadiyah Lamongan dengan tema “Kristalisasai Ideologi, Mencerahkan Ikatan” yang berlangsung dari tanggal 7 Januari sampai 1 Februari 2020 di Paciran ini adalah salah satu bukti bahwa perkedaran di ortom Muhammadiyah setingkat IMM memang tidak bisa dianggap remeh, terlebih dengan materi luar biasa yang dimuat didalamnya membuat acara perkaderan menjadi lebih bermakna dalam membentuk kader yang siap menjadi instruktur terpercaya serta dapat menelurkan kader – kader militan kedepannya.
Tema yang diberikan sangat sistematis dan berbobot, diantaranya sistem perkaderan Rasulullah. materi ini disampaikan langsung oleh ketua demisioner DPP IMM yaitu ustadz Piet Khaidir Hizbullah. beliau juga menyampaikan keresahannya tentang perkaderan yang banyak dilaksanakan terutama di Muhammadiyah, sudah mulai kehilangan ruh dan gerakannya sehingga banyak perkaderan yang macet dan bisa dikatakan gagal produksi, kenapa demikian? Karena memang perkaderan adalah pabrik untuk membentuk kader yang diharapkan mampu melanjutkan estafet perjuangan Rasulullah dalam berdakwah menyampaikan Islam yang sebenar-benarnya, salah satunya adalah melalui IMM dan melaksanakan LID juga perkaderan formal maupun non formal lainnya.
Mengapa perkaderan formal di IMM disebut Darul Arqam Dasar, Madya, dan seterusnya? Karena keteladanan perkaderan IMM yang ingin berkiblat langsung kepada uswah umat Islam, nama sahabat yang diambil juga tidak asal comot, melainkan dengan berbagai pertimbangan yang luar biasa, bahwa sahabat Al-Arqam bin Abil Arqam adalah pribadi yang sangat sederhana, terbiasa bergaul dengan kaum mustadz`afin tanpa rasa malu sdikitpun. siap melayani dengan sepenuh hati dan tentunya dengan ilmu yang luar biasa. Beliau begitu menjiwai kesederhanaan dengan penuh arti, serta beberapa alasan yang menjadikan nama Darul Arqam “Rumah Arqam” sebagai nama dalam perkaderan formal di IMM.
Beberapa alasan mengapa seorang instruktur harus memahami sistem perkaderan Rasulullah karena memang sudah terbukti berabad abad lamanya kader kader umat islam sangat luar biasa.
Instruktur sebagai orang yang diharapkan mampu mencetak kader-kader bangsa yang luar biasa, sebagai pelaksana perkaderan di IMM diharapkan mampu mengejawantahkan kepribadian sahabat Arqam dengan baik, karena melayani itu tidak hanya sebatas memberikan segala apa yang dibutuhkan tapi lebih dari itu. Kemudian tidak hanya sebatas nama, berbagai hal yang perlu diperhatikan setelah rumah itu berdiri adalah isi dan segala pernak pernik yang ada di dalamnya juga menjadi hal yang sangat penting, karena jika hanya bangunan yang dibangun megah tanpa ada isi yang mendukung maka bangunan megah itu tidak lebih baik daripada sebuah gubuk reot namun penuh dengan ilmu. Maka disini menjadi sangat penting untuk menyampaikan berbagai hal yang diperlukan kader, agar mampu berdakwah menyerukan islam yang rahmatan lil ‘alamin, serta bagaimana agama yang disebut din an ni`mah ini dapat disambut dengan gembira oleh masyarakat.
Hal mendasar yang harus tertancap kuat pada diri seorang kader ialah persoalan tauhid, tentunya tidak sebatas paham tapi juga harus tercermin di kehidupan sehari-hari sehingga kader tidak sebatas mengetahui ujian tauhid yang sesungguhnya namun juga mampu merasakan dan melewatinya.
Yang tidak kalah penting selain tauhid adalah skill, diantaranya adalah tentang keadilan, kecerdasan dan ketangkasan di dalam dan di luar lapangan, artinya kader mampu menguasai ruangan dengan ilmunya, juga mampu berlari diluar lapangan dengan ilmu dan juga kekuatannya, karena orang beriman juga harus kuat lahir batin, serta sehat jiwa dan raga. Skill yang menjadi bekal hidup seseorang agar imbang antara dunia dan akhiratnya, Karena hidup yang ideal tidak hanya baik terhadap Tuhannya saja namun juga berhubungan baik dengan sesamanya, keduanya harus saling berimbang tidak berat sebelah dan beberapa hal yang memang harus dan wajib ada pada diri seorang kader ikatan.
Kader yang baik bukan hanya cerdas, namun juga berakhlakul karimah, ini adalah salah satu bekal yang harus diberikan karena akhlak idealnya tidak akan terpisah dari tauhid, dia adalah cerminan dari ketauhidan seseorang. Sistem perkaderan di Muhammadiyah lewat Baitul Arqam mempunyai prinsip yang sama. Ini menjadi alasan kuat mengapa di LID harus ada materi SPR atau SPM.
Sistem perkaderan IMM adalah sistem yang dibangun untuk membentuk kader kader di IMM yang didalamnya termuat berbagai hal untuk dijadikan pedoman dalam menjalankan perkaderan di IMM. Ideologi menjadi materi pokok yang sangat diutamakan dalam SPI karena pada hakikatnya seorang kader tidak akan bisa berbicara banyak hal jika dia tidak memiliki pemahaman ideologi. Ideologi berasal dari kata “ideos” dan “logos” yang berarti fikiran dan gagasan. artinya ideologi secara luas adalah kumpulan ide - ide, fikiran yang dijadikan gagasan untuk melandasi segala polah tingkah laku. Ideologi sebagai batu loncatan seorang instruktur dalam menjadikan landasan berfikir agar melahirkan kader - kader dengan pemikiran yang kokoh dan kuat, juga jelas alur berfikir dan landasannya, karena pada hakikatnya ideologi tercermin berdasarkan nilai dasar ikatan.
Idealnya kader memang dibekali dengan skill kecerdasan namun pada hakikatnya kecerdasan seseorang berbeda beda, namun yang perlu digaris bawahi sebagaimana kita ketahui bersama bahwa kesempatan tidak hadir pada orang yang diam, namun kesempatan akan hadir pada orang – orang yang mau, tergambar jelas bahwa secerdas apapun seorang kader jika tidak ada kemauan maka tidak aka nada jalan, maka yang perlu diperhatikan adalah memupuk kader agar mempunyai rasa “MAU” dan “INGIN” serta semua yang berhubungan dengannya. Karena ketika seorang ada kemauan pasti ada jalan, kecerdasan menjadi nomor kesekian setelah kemauan.
Yang menjadi poin penting yang tidak boleh dilupakan adalah keinstrukturan, karena pada hakikatnya pelatihan instruktur dasar maka keinstrukturan menjadi menu yang tentunya wajib dihidangkan kepada peserta pelatihan. Pada hakikatnya keinstrukturan dan ideologi sangat berkaitan erat karena seorang instruktur dia adalah ideolog. Seorang instruktur dituntut untuk mempunyai banyak kompetensi, mulai dari yang paling dasar hingga yang paling utama, kompetensi yang serba dan harus bisa salah satunya adalah kompetensi sosial, agar instruktur bisa mahir di bidang sosial dan kemasyarakatan, maka hal ini juga perlu dipupuk sedini mungkin agar tercermin dalam setiap kegiatan yang dilakukan, tindak tanduk terhadap masyarakat juga menjadi sorotan penting. Instruktur dituntut untuk profesional dan fasilitator, profesional dalam segala aspek yang disampaikan dan dibawakan, mampu menempatkan semua tepat pada porsinya dan memfasilitasi semua sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan.
Profesionalisme seorang instruktur idealnya memang harus selesai dengan urusan diri sendiri, baik dengan ikatan maupun dengan keadaan, hal ini menuntut instruktur wajib dan harus tahu permasalahan pribadi juga kader, diharapkan kedepannya mampu memberikan solusi yang tepat dan senantiasa mengevaluasi segala hal yang sudah dilakukan dengan harapan ada perbaikan yang memang harus diperbaiki dan melakukan semua hal yang memang harus tetap dilakukan.
Permasalahan memang identik dengan solusi, namun akan lebih baik jika solusi yang diberikan dilaksanakan dengan baik, dengan catatan solusi ini dianggap benar – benar mampu mengurai bahkan menyelesaikan masalah yang ada, maka disini seorang instruktur lagi-lagi dintuntut harus mampu menguasai ilmu grand design, tidak hanya dikuasai ilmunya namun juga menguasai penerapannya. Tidak penting sesorang mengetahui sebuah hal namun yang terpenting adalah ketika sesorang itu berproses. Karena hakikatnya penyelesaian diri pada seorang instruktur itu sangat penting, jika seorang instruktur masih memiliki sifat sombong, stagnan ditempat maka hal – hal inti yang tanpa sadar akan membunuh ruh keinstrukturan dalam diri sesorang, sehingga membuatnya tidak lagi melakukan evaluasi yang berkelanjutan.
Evaluasi yang berkelanjutan hanya bisa dilakukan ketika seorang instruktur selesai dengan dirinya sendiri, karena setelahnya seorang instruktur akan melaksanakan amanah umat dan menyelesaikanya, ketika kesombongan masih melekat maka sesorang tidak akan pernah menerima berbagai solusi yang masuk dan dianggap tidak penting. Berbanding terbalik dengan grand design yang hakikatnya sangat berkaitan erat dengan masalah, solusi dan evaluasi, hal ini akan membuat perkaderan tidak pernah ada suasana baru dan akan terus mandeg ditempat karena tidak pernah merasa ada permasalahan, merasa semua baik baik saja dan tidak pernah mau menerima segala hal dari dalam diri ataupun orang lain.
Grand design yang baik dimiliki seorang instruktur mampu membuat perubahan tidak hanya dalam diri seorang instruktur pribadi, bahkan bisa merubah tatanan perkaderan yang memang kurang tepat, bahkan tatanan masyarakat dalam skala besar, dialah yang disebut dengan intelektual organik. Pada dasarnya seorang instruktur dituntut untuk siap siaga dan selalu waspada jika memang menemukan permasalahan di perkaderan yang memang dianggap jelek maka merubah adalah menjadi langkah utama yang harus dilakukan tentunya dengan pertimbangan bersama dan pemikiran yang sudah siap untuk disajikan.
Orang yang paling menyedihkan di dunia ini adalah orang yang memiliki penglihatan namun tidak memiliki visi (Helen Keller). Maka seorang isntruktur akan menjadi manusia yang sangat menyedihkan jika memang dia sudah melek ilmu keintrukturan, dan pernak-perniknya namun tidak mempunyai visi dan misi perkaderan untuk diboyong kedepannya. pada dasarnya tugas paling berat seorang instruktur adalah untuk diakui, karena ketika dia mengakui bahwa dia intruktur mungkin dia akan diakui namun hanya sebatas pengakuan belaka yang akan segera hilang dikikis zaman, diakui disini adalah pengakuan dalam keberhasilan, karena ketika sudah diakui artinya ada hasil yang sudah dilakukan olehnya, hasil ini yang akan menjadi pengakuan dan sejarah keintrukturan pada diri seorang isntruktur, “bukan mengakui tapi diakui” disini bukan kesombongan, riya atau ujub semata namun pengakuan ini adalah sebuah rasa perubahan yang dirasakan oleh perkaderan karena berbagai hal yang sudah dilakukannya.
Setelah grand design maka hal yang sangat penting yang haram untuk dilupakan adalah monitoring, seperti halnya manusia yang lahir, bertumbuh, dewasa, menua dan mati maka seperti itulah layaknya perkaderan, seorang atau kelompok kader terlahir, bertumbuh, berguguran, dewasa, menua namun tidak akan pernah mati jika monitoring terus berjalan, semua akan terus berlangsung sebagaimana mestinya, karena dengan monitoring yang baik maka akan ada evaluasi yang sangat mendasar di setiap titik masalah. Hal - hal yang tidak sesuai dijadikan pelajaran untuk bertumbuh kedepannya, terus mengamati dan menemukan solusi solusi dari berbagai permasalahan yang ada, semakin menua semakin berpengalaman dalam perkaderan dengan catatan tetap istiqomah dan niat yang lurus.
Intruktur yang ideal adalah dia yang mampu terus mengamati juga bertumbuh bersama kadernya, mendampingi keberlangsungan hidup perkaderan setelah mengamatinya. Memperbaiki segala kekurangan yang perlu diperbaiki dan harus rela membuang apa yang memang harus dibuang sekalipun dianggap sebagai pemikiran yang terbaik, namun dalam pengaplikasianya tidak berhasil. Dengan demikian akan menjadikan banyak pelajaran untuk mengintrospeksi terus kedepannya.
Semoga perkaderan ideal yang didambakan seluruh umat akan segera terealisasi dengan adanya instruktur yang kompeten dibidangnya aamiin
0 komentar:
Posting Komentar