Kamis, 09 April 2020

SANGGUPKAH INSTRUKTUR MENJALANI LDR?

2 komentar


SANGGUPKAH INSTRUKTUR MENJALANI LDR?
oleh : Amir R
(Ketua Korps Instruktur IMM Kota Surabaya)

Mewabahnya virus corona mengakibatkan dampak diberbagai sector rill (ekonomi,sosial,politik, budaya, pertahanan dan keamanan) bahkan sector pendidikan ikut terkena dampaknya. Sejumlah sekolah dan universitas memutuskan untuk ‘meliburkan’ pelajarnya seirama dengan kebijakan pemerintah untuk mengganti kegiatan belajar dirumah. Hal tersebut membuat kader IMM dan Instruktur menyebar pulang kekampung halamannya masing-masing. Dengan beralasan demi keamanan dan berupaya menjauh dari kota yang memiliki persebaran virus yang cukup cepat.
Pulangnya kader IMM serta Instruktur membuat mereka harus menjalani hubungan jarak jauh atau LDR (long distance relationship), yang mana kita tahu, LDR di jalani oleh seseorang yang berada pada dunia asmara. Namun ternyata untuk saat ini, ditengah pandemi covid-19 bukan sepasang kekasih saja yang harus merasakan LDR, seorang yang berada di jalan perkaderan (red: instruktur) juga menjalani masa tersebut. Mau tidak mau instruktur harus berjarak dengan kader yang baru dikenalnya di DAD beberapa waktu silam. Padahal, pasca DAD tugas instruktur belum usai melainkan instruktur masih memiliki kewajiban untuk memantau serta mendampingi setiap tumbuh kembangnya kader. Karena mereka (kader) harus berkembang dan tidak boleh dibiarkan sendiri dalam proses perkembangannya.
Peristiwa saat ini memaksa instruktur dan kader secara fisik berjauhan. Perbedaan jarak tentu mengurangi aktivitas verbal seperti mengobrol dalam pertemuan yang kerap antar keduanya  ciptakan. Pertemuan yang sering terjadi di pojok literasi kampus, sudut-sudut diskusi atau pertemuan yang penuh kemesraan dengan nuansa ngopi meskipun pesannya es. Suasana hangat yang syarat dengan kaderisasi untuk sementara waktu tidak bisa mereka rasakan lagi. Mereka tidak bisa saling memandang,bertanya,menanggapi bahkan bercerita tentang seabrek aktivitas yang mereka lalui sebelum bertemu. Hal itu bisa membuat kader kehilangan semangat serta ghirroh ber-IMM yang diakibatkan sedikitnya komunikasi dari waktu biasanya.
Masa ini, bumi memberi mereka jeda untuk merasakan arti kerinduan. Sebuah kerinduan tentang proses perkaderan kultural yang kerap dilakukan instruktur dengan kader. Tidak hanya kerinduan belaka melainkan bumi juga memberikan pertanyaan besar kepada instruktur. Sanggupkah kamu (red: Instruktur) menjalani LDR? Pertanyaan tersebut bukan asal dijawab “sanggup” melainkan harus memunculkan pola perkaderan baru. Seorang instruktur wajib melakukan inovasi dalam jalan perkaderan. Lebih-lebih dalam proses perkaderan kultural.
Perkaderan kultural yang syarat dengan kedekatan emosional harus menemukan titik baru ditengah pandemi yang berujung pada hubungan LDR. Jangan sampai adanya virus covid-19 mengalahkan ikatan antara instruktur dengan kader. Proses perkaderan harus tetap berjalan tidak peduli dengan jarak yang memisah, instruktur harus tetap melakukan tugasnya dan tidak ada kata libur dalam perkaderan. Instruktur harus mengubah pola perkaderannya dari yang hubungan jarak dekat menjadi hubungan jarak jauh namun terasa dekat. Untuk teknisnya, penulis serahkan kepada instruktur yang harus mampu mengembangkannya, sesuai dengan passion yang dimiliki. Semoga bermanfaat, selamat berpikir,selamat mencoba, salam perkaderan.
‘Cukup raga saja yang dikarantina namun proses perkaderan jangan ikut dikarantina’.

2 komentar:

Redaksi IMM UINSA mengatakan...

Lanjutkeun 💛💙💛💙

coretan tinta pena mengatakan...

❣️❣️❣️❣️

Posting Komentar