SANGGUPKAH INSTRUKTUR MENJALANI LDR?
oleh : Amir R
(Ketua Korps Instruktur IMM Kota Surabaya)
Pulangnya kader IMM serta Instruktur membuat mereka
harus menjalani hubungan jarak jauh atau LDR (long distance relationship),
yang mana kita tahu, LDR di jalani oleh seseorang yang berada pada dunia
asmara. Namun ternyata untuk saat ini, ditengah pandemi covid-19 bukan sepasang
kekasih saja yang harus merasakan LDR, seorang yang berada di jalan perkaderan
(red: instruktur) juga menjalani masa tersebut. Mau tidak mau instruktur harus
berjarak dengan kader yang baru dikenalnya di DAD beberapa waktu silam. Padahal,
pasca DAD tugas instruktur belum usai melainkan instruktur masih memiliki
kewajiban untuk memantau serta mendampingi setiap tumbuh kembangnya kader. Karena
mereka (kader) harus berkembang dan tidak boleh dibiarkan sendiri dalam proses
perkembangannya.
Peristiwa saat ini memaksa instruktur dan kader secara
fisik berjauhan. Perbedaan jarak tentu mengurangi aktivitas verbal seperti mengobrol
dalam pertemuan yang kerap antar keduanya
ciptakan. Pertemuan yang sering terjadi di pojok literasi kampus,
sudut-sudut diskusi atau pertemuan yang penuh kemesraan dengan nuansa ngopi
meskipun pesannya es. Suasana hangat yang syarat dengan kaderisasi untuk sementara
waktu tidak bisa mereka rasakan lagi. Mereka tidak bisa saling memandang,bertanya,menanggapi
bahkan bercerita tentang seabrek aktivitas yang mereka lalui sebelum
bertemu. Hal itu bisa membuat kader kehilangan semangat serta ghirroh ber-IMM yang
diakibatkan sedikitnya komunikasi dari waktu biasanya.
Masa ini, bumi memberi mereka jeda untuk merasakan arti
kerinduan. Sebuah kerinduan tentang proses perkaderan kultural yang kerap
dilakukan instruktur dengan kader. Tidak hanya kerinduan belaka melainkan bumi juga
memberikan pertanyaan besar kepada instruktur. Sanggupkah kamu (red: Instruktur)
menjalani LDR? Pertanyaan tersebut bukan asal dijawab “sanggup” melainkan harus
memunculkan pola perkaderan baru. Seorang instruktur wajib melakukan inovasi
dalam jalan perkaderan. Lebih-lebih dalam proses perkaderan kultural.
Perkaderan kultural yang syarat dengan kedekatan emosional
harus menemukan titik baru ditengah pandemi yang berujung pada hubungan LDR. Jangan
sampai adanya virus covid-19 mengalahkan ikatan antara instruktur dengan kader.
Proses perkaderan harus tetap berjalan tidak peduli dengan jarak yang memisah, instruktur
harus tetap melakukan tugasnya dan tidak ada kata libur dalam perkaderan. Instruktur
harus mengubah pola perkaderannya dari yang hubungan jarak dekat menjadi hubungan
jarak jauh namun terasa dekat. Untuk teknisnya, penulis serahkan kepada instruktur
yang harus mampu mengembangkannya, sesuai dengan passion yang dimiliki. Semoga
bermanfaat, selamat berpikir,selamat mencoba, salam perkaderan.
‘Cukup raga saja yang dikarantina namun proses
perkaderan jangan ikut dikarantina’.
2 komentar:
Lanjutkeun 💛💙💛💙
❣️❣️❣️❣️
Posting Komentar