Jumat, 17 April 2020

RINDU BERPROSES

0 komentar

RINDU BERPROSES
oleh : M. Rafi Akbar 
(Kader IMM Shin'nichi)

   Berbicara tentang rindu dan proses tentunya memiliki arti yang sangat banyak dari berbagai sudut pandang. RINDU, sebuah kebutuhan akan kehadiran yang muncul dengan dorongan keadaan. PROSES, pepatah jawa pernah menyebutnya "Alon-Alon Asal kelakon".

   Tulisan ini muncul dari keresahan diri yang merasa rindu akan berproses, namun disisi lain penulispun ingin bercerita bagaimana lika-liku keadaan dalam berproses.

   Mewabahnya Covid'19 tentu membawa banyak dampak dari berbagai sektor, hingga sektor pendidikan juga harus ikut merasakan dampaknya, semua pembelajaran sekolah maupun perguruan tinggi terpaksa diliburkan oleh pemerintah guna memutus mata rantai virus yang kini melanda, bahkan sampai harus pulang ke tanah kelahiran dan berkumpul dengan keluarga di rumah. Dari situlah penyebab munculnya kerinduan dari para kader IMM akan kebersamaan yang telah mereka ciptakan di tanah perantauan, mereka terpaksa berjauhan bahkan ada pula yang terlena dan lupa akan proses yang harus tetap ia jalankan.

   Di masa seperti ini, Bumi pun bertanya seberapa jauh loyalitas kalian? ya, mungkin itu hanya sebuah pertanyaan, tapi untuk menjawabnya pun bukan sekedar asal-asalan karena kita semua butuh kesadaran bukan hanya sekedar jawaban tanpa perlakuan. Apa yang telah kalian lakukan kawan? sudahkah kalian melakukan pendekatan kepada teman berproses kalian walau itu dari kejauhan atau memang kalian acuh akan pergerakan?.

    Saya rindu ketika kita (red: kader) menyisipkan sebuah sub-bab yang akan diperbincangkan di sebuah warung kecil yang berhias keramaian, bahkan kajian kecil-kecilan yang berjalan rutinan, hingga rela ngopi sampai pagi demi sebuah kebersamaan. Rindu ketika susah, tertawa, bahkan permasalahan dalam pergerakan bersama kalianpun saya rindu kawan. mungkin saya adalah orang baru dalam pergerakan akan tetapi saya candu akan proses yang diberikan.

  Tetaplah produktif kawan meski harus berjauhan, jangan kau putus ditengah jalan dan lupa akan niat awal yang ingin kau perjuangkan, lelah? mungkin itu sebuah kewajaran akan tetapi ketika lelahmu telah hilang maka kembalilah kepada pengabdian yang harus kau jalankan. semoga bumi lekas membaik dan kita semua segera di pertemukan kembali di tanah perantauan, tetap semangat kawan, saya RINDU BERPROSES bersama kalian.


Read more...

Selasa, 14 April 2020

KETIKA IMMAWATI JADI INSTRUKTUR !

1 komentar




KETIKA IMMAWATI JADI INSTRUKTUR !
Oleh : Nanda Nurdiniyah
(Sekretaris Korps Instruktur IMM Surabaya)


     Seorang instruktur adalah orang yang berkecimpung dalam dunia perkaderan. Dunia yang menentukan keberlangsungan organisasi. Secara umum ada 2 jenis perkaderan yakni perkaderan formal dan perkaderan kultural (informal). Dan tentunya peran Immawan dan Immawati disini memiliki porsi yang sama di dalamnya.

     Mengenai perkaderan formal, kata "saling melengkapi" rasanya tidak cocok antar instruktur Immawan dan Immawati. Instruktur Immawati bukan hanya sekedar "pelengkap" dalam perkaderan formal. Namun harus mampu mengisi post-post penting dalam perkaderan formal. Karena sejatinya seorang instruktur memiliki tugas yang sama antar keduanya, kewajiban yang sama dan hak yang sama. Tidak ada perbedaan gender dalam tugas instruktur. Bukan berarti yang "katanya" immawati lebih rapi dan rajin, jadi setelah LID (pelatihan untuk jadi instruktur) cukup menjadi observer saja saat perkaderan formal. Immawan dan Immawati memiliki ide-ide dan kreatifitas mereka masing-masing. Jadi Immawati pun berhak memimpin jalannya perkaderan formal. Keberanian untuk mencoba dan memunculkan inovasi-inovasi dalam perkaderan tentu ada dalam diri seorang instruktur Immawati. 

          Instruktur Immawati harus kreatif dan tidak takut berkarya, karya yang diberikan harus menjadi terobosan bagi perkaderan di IMM, karena sejatinya instruktur kreatif sangat diperlukan di perkaderan saat ini. Seperti pemaparan kabid kader DPD IMM Jatim, Syafrizal Izaqi yaitu saat ini para instruktur sudah mencapai pada masa instruktur kreatif yang memadukan ideologi dan modernitas, bukan lagi instruktur yang stagnan pada kebiasaan-kebiasaan perkaderan lama.  

    Mengenai perkaderan kultural, seorang Immawati justru harus menerapkan sisi ke-perempuanannya seperti kepekaan yang berlebih. Hal ini tidak dimiliki instruktur laki-laki. Karena menghadapi seorang kader juga akan penuh teka-teki. Misalnya, menjadi pendengar yang menenangkan, dengan menjadi pendengar, kita (red: instruktur Immawati) bisa menjadi air ditengah padang pasir, akan memberikan ketenangan saat dalam dahaga, karena seorang kader akan membutuhkan tempat curahan hati, entah masalah tugas kuliah yang menumpuk, masalah-masalah mahasiswa perantau, masalah asmara ataupun masalah lainnya. Selain itu, rasa kepedulian bahkan perhatian seorang Immawati juga akan menimbulkan rasa kekeluargaan yang hangat (Bukan yang baper-baper yaaa).

        Jadi, teruntuk instruktur Immawati. Apapun motivasimu sebelum mengikuti LID, entah karena paksaan, main-main, touring atau yang lainnya. Saatnya kalian merubah motivasi. Kalian dibutuhkan untuk inovasi-inovasi baru perkaderan. Penuhi tugas-tugas sucimu (red: instruktur) tanpa mengesampingkan kewajibanmu sebagai perempuan dan tuangkan sisi ke-perempuananmu dalam perkaderan dengan porsi yang cukup dan waktu yang tepat.

Ikatan memanggilmu, perkaderan membutuhkanmu, Immawati..


Read more...

KOMPOSISI KORPS

0 komentar
     

 Didalam Korps Instruktur IMM Surabaya periode 2020 memiliki komposisi yang meliputi Ketua, Sekretaris dan 3 devisi diantaranya ; Keinstrukturan, Monefu, dan juga Quality Control Instruktur (QCI). Berikut ini nama-nama yang mengisi komposisi tersebut :

Ketua                             : Amir R
Sekretaris                      : Nanda N

Devisi Keinstrukturan  : Tri (Koor)
                                        Salman
                                        Fauziah
                                        Farid
                                        Wisnu

Devisi Monefu              : L Firdaus (Koor)
                                        Kiki
                                        Nurin
                                        Rama
                                        Salsabila
                                       Zuqo

Devisi QCI                    : Jalmus (Koor)
                                        Izzah Fik
                                        Tsalis
                                        Azhar

                           
Read more...

Sabtu, 11 April 2020

MENGGUGAT INSTRUKTUR : SI PENANGGUNG JAWAB PERKADERAN

2 komentar



MENGGUGAT INSTRUKTUR : SI PENANGGUNG JAWAB PERKADERAN
oleh : Amir R 
(Ketua Korps Instruktur IMM kota Surabaya)

Sebenarnya tulisan ini diilhami dari buku “sukma intelektualisme” karya immawan bayujati prakoso, yang mana didalam bukunya ada sub bab menurut penulis cukup menarik dan memiliki benang merah akan keadaan instruktur. Sub bab tersebut berjudul “menggugat kader IMM: anak muhammadiyah yang disayang”. Dari judul tersebut dan juga dari isi yang disampaikan didalamnya mirip dengan keadaan instruktur. Jadi penulis mencoba menafsirkan, atau lebih tepatnya mengganti instruktur menjadi objek dari problem yang diangkat.
Tulisan ini bukan bermaksud menyudutkan, mendiskreditkan atau mengkerdilkan peran instruktur selama ini. namun penulis bermaksud untuk menjadikan bahan refleksi bersama tentang tanggung jawab instruktur didalam perkaderan. Dalam bukunya, Immawan bayu menyebutkan 3 hal yang bisa dijadikan bahan renungan bersama yaitu pertama pergerakan, kedua anti-kritik, ketiga minim refleksi dan kontribusi.
Pertama, pergerakan. IMM adalah organisasi perkaderan juga termasuk organisasi pergerakan artinya disetiap pergerakan  yang dilakukan IMM harus menciptakan sebuah perkaderan. Instruktur harus memiliki program perkaderan yang memiliki esensi dari sebuah gerakan. Instruktur harus mampu menghasilkan kader-kader yang tidak hanya paham teoritis tentang ideologi IMM melainkan juga mampu mewujudkan ideologi tersebut menjadi sebuah gerakan praksis bagi IMM. Keberhasilan instruktur jangan hanya dilihat mereka (red:kader) sudah hafal diluar kepala soal ideologi , namun lihatlah seberapa bermanfaat kader untuk masyarakat luas.  Maka paradigma yang menjadi landasan dalam mengkader seorang instruktur harus memiliki value untuk masyarakat luas.
Kedua, anti-kritik. Seolah rezim pada masa orde baru yang memegang kekuasan organisasi. Fenomena anti-kritik ini menolak setiap masukan, opini, tanggapan seseorang baik langsung maupun tidak langsung. Sehingga menyebabkan perkaderan terasa ekslusif karena cenderung menutup diri dan mempertahankan gaya lama. Instruktur harus memiliki sifat open minded supaya bisa menerima hal-hal yang baru dan ide-ide segar dari orang lain baik dari instruktur maupun non instruktur. Yang terpenting saran/usul yang diberikan tersebut tetap mengindahkan kaidah organisasi dan memiliki tujuan dalam menunjang keberhasilan dalam perkaderan.
ketiga, minim refleksi & kontribusi. Semangat berfastabiqul khoirot dan menjadikan tanggung jawab perkaderan harus dipahami pada diri setiap instruktur. Bahwa keikutsertakan LID (sebuah pelatihan untuk menjadi instruktur) bukan sebatas berangkat LID melainkan harus diartikan dan diniatkan untuk menjadi seorang instruktur.  Sehingga sepulang dari LID mereka tidak hanya menjadi alumni LID saja, melainkan telah mendapatkan predikat instruktur. Sebuah predikat yang luhur yang belum tentu setiap kader bisa mendapatkannya. Maka dari itu, sepulangnya dari LID harus mampu menciptakan dampak positif bagi perkaderan. Jangan sampai tidak melakukan apapun, malah sibuk dengan dirinya sendirinya dan melupakan kewajibannya sebagai seorang instruktur. Jangan sampai keberadaan instruktur menjadi buah bibir dalam IMM, minim kontribusi dan hanya mengagungkan simbol instruktur dalam dirinya secara berlebihan.
Maka dari ketiga renungan diatas,  mari jadikan bahan refleksi bersama. Mari kita ciptakan perkaderan yang memiliki output pergerakan, tidak terjerumus pada sifat anti-kritik serta minim refleksi & kontribusi terhadap ikatan. Berangkat dari refleksi ini, semoga para instruktur dapat meneguhkan kembali tanggung jawabnya dan mengantarkan lebih dekat pada tujuan perkaderan ikatan.


Referensi : Dikutip dari buku "Sukma Intelektualisme" karya Bayujati Parakoso
Read more...

Kamis, 09 April 2020

SANGGUPKAH INSTRUKTUR MENJALANI LDR?

2 komentar


SANGGUPKAH INSTRUKTUR MENJALANI LDR?
oleh : Amir R
(Ketua Korps Instruktur IMM Kota Surabaya)

Mewabahnya virus corona mengakibatkan dampak diberbagai sector rill (ekonomi,sosial,politik, budaya, pertahanan dan keamanan) bahkan sector pendidikan ikut terkena dampaknya. Sejumlah sekolah dan universitas memutuskan untuk ‘meliburkan’ pelajarnya seirama dengan kebijakan pemerintah untuk mengganti kegiatan belajar dirumah. Hal tersebut membuat kader IMM dan Instruktur menyebar pulang kekampung halamannya masing-masing. Dengan beralasan demi keamanan dan berupaya menjauh dari kota yang memiliki persebaran virus yang cukup cepat.
Pulangnya kader IMM serta Instruktur membuat mereka harus menjalani hubungan jarak jauh atau LDR (long distance relationship), yang mana kita tahu, LDR di jalani oleh seseorang yang berada pada dunia asmara. Namun ternyata untuk saat ini, ditengah pandemi covid-19 bukan sepasang kekasih saja yang harus merasakan LDR, seorang yang berada di jalan perkaderan (red: instruktur) juga menjalani masa tersebut. Mau tidak mau instruktur harus berjarak dengan kader yang baru dikenalnya di DAD beberapa waktu silam. Padahal, pasca DAD tugas instruktur belum usai melainkan instruktur masih memiliki kewajiban untuk memantau serta mendampingi setiap tumbuh kembangnya kader. Karena mereka (kader) harus berkembang dan tidak boleh dibiarkan sendiri dalam proses perkembangannya.
Peristiwa saat ini memaksa instruktur dan kader secara fisik berjauhan. Perbedaan jarak tentu mengurangi aktivitas verbal seperti mengobrol dalam pertemuan yang kerap antar keduanya  ciptakan. Pertemuan yang sering terjadi di pojok literasi kampus, sudut-sudut diskusi atau pertemuan yang penuh kemesraan dengan nuansa ngopi meskipun pesannya es. Suasana hangat yang syarat dengan kaderisasi untuk sementara waktu tidak bisa mereka rasakan lagi. Mereka tidak bisa saling memandang,bertanya,menanggapi bahkan bercerita tentang seabrek aktivitas yang mereka lalui sebelum bertemu. Hal itu bisa membuat kader kehilangan semangat serta ghirroh ber-IMM yang diakibatkan sedikitnya komunikasi dari waktu biasanya.
Masa ini, bumi memberi mereka jeda untuk merasakan arti kerinduan. Sebuah kerinduan tentang proses perkaderan kultural yang kerap dilakukan instruktur dengan kader. Tidak hanya kerinduan belaka melainkan bumi juga memberikan pertanyaan besar kepada instruktur. Sanggupkah kamu (red: Instruktur) menjalani LDR? Pertanyaan tersebut bukan asal dijawab “sanggup” melainkan harus memunculkan pola perkaderan baru. Seorang instruktur wajib melakukan inovasi dalam jalan perkaderan. Lebih-lebih dalam proses perkaderan kultural.
Perkaderan kultural yang syarat dengan kedekatan emosional harus menemukan titik baru ditengah pandemi yang berujung pada hubungan LDR. Jangan sampai adanya virus covid-19 mengalahkan ikatan antara instruktur dengan kader. Proses perkaderan harus tetap berjalan tidak peduli dengan jarak yang memisah, instruktur harus tetap melakukan tugasnya dan tidak ada kata libur dalam perkaderan. Instruktur harus mengubah pola perkaderannya dari yang hubungan jarak dekat menjadi hubungan jarak jauh namun terasa dekat. Untuk teknisnya, penulis serahkan kepada instruktur yang harus mampu mengembangkannya, sesuai dengan passion yang dimiliki. Semoga bermanfaat, selamat berpikir,selamat mencoba, salam perkaderan.
‘Cukup raga saja yang dikarantina namun proses perkaderan jangan ikut dikarantina’.

Read more...